13 Oktober 1917. Bunda Fatima untuk
pertama kalinya menampakkan diri kepada tiga gembala cilik dari Portugal.
Orang-orang pinggiran itu, Lusia, Yasintha dan Fransesco terpilih untuk
menyuarakan pesan kepada dunia. Gereja turut mendengar pesan tersebut. Melalui
Paus Pius XII, di tengah-tengah krisis perang dunia ke II pada 1942, gereja
mendoakan dunia dan mempersembahkannya kepada Hati Maria. Tindakan itu kemudian
diikuti di seluruh penjuru dunia. Banyak paroki, negara maupun kerajaan yang
dibawa kepada Hati Sang Bunda, di
antaranya adalah kerajaan Sikka (Regalia Sikka) yang dipersembahkan kepada
Maria tepat tujuh tahun kemudian oleh Don Thomas Ximenes da Silva. Kerajaan
Sikka (1607-1954) bersama dengan kerajaan Larantuka adalah dua kerajaan yang
pernah berada di bawah pengaruh Portugis.
Rabu, 13 Oktober 2015, tanggal di mana
peristiwa penampakan Fatima berlangsung. Tugas rutin saya di Maumere telah
berakhir hari itu, tetapi kesempatan tersebut tak saya sia-siakan. Setelah
urusan beres, saya berniat mengunjungi Wisung Fatima. Segera meluncur ke
pesisir selatan Flores dimana cuaca panas sedang membara di puncak musim
kemarau. Basecamp saya tinggalkan sementara ke tempat yang tak seberapa jauhnya
itu dengan memakan waktu setengah jam perjalanan.
Pertigaan Lela dari jalan nasional
Maumere-Ende yang telah ditandai dengan gerbang dan spanduk ucapan selamat
datang adalah jalur masuk saya. Selepas itu, kiri kanan jalan yang saya lalui
tampak dihiasi janur dan umbul-umbul. Umat pun terlihat turut bergerak ke
lokasi siarah.
Saat tiba, roda dua saya parkir di
lapangan sepakbola Lela yang beralih fungsi menjadi lahan parkir. Kendaraan
lainnya tampak memadati area tersebut. Dari bus kota, bus kayu, angkutan
pedesaan hingga roda dua. Petugas keamanan dari kepolisian setempat dan P3K
dari Akper Lela pun turut siaga. Saya bergegas menuju titik start siarah, yaitu
gereja Maria Fatima Lela.
Gereja Maria Fatima Lela (foto: Simpet) |
Letak taman doa sendiri berdekatan
dengan Gereja peninggalan Portugis dan rumah Raja Sikka. Lela adalah sebuah
situs tua di mana Kerajaan Sikka diserahkan kepada Bunda Fatima pada 1949. Dan
sejak saat itu, setiap tahun umat dari seluruh pelosok Sikka datang ke sana
untuk bersiarah.
Pukul 14:10 doa pun dimulai. Perarakan dimulai dari gereja Maria Fatima Lela. Umat berarak sambil mendaraskan doa rosario serta melantunkan lagu-lagu Maria. Matahari pun masih cukup terik sehingga panitia siaga mempersiapkan air minum yang dibagikan gratis untuk pengunjung. Dengan khusuk, rombongan siarah berarak menuju Taman Doa Wisung Fatima.
Menuju Puncak Kalvari (Foto: Simpet) |
Pukul 14:10 doa pun dimulai. Perarakan dimulai dari gereja Maria Fatima Lela. Umat berarak sambil mendaraskan doa rosario serta melantunkan lagu-lagu Maria. Matahari pun masih cukup terik sehingga panitia siaga mempersiapkan air minum yang dibagikan gratis untuk pengunjung. Dengan khusuk, rombongan siarah berarak menuju Taman Doa Wisung Fatima.
Dalam perarakan selama setengah jam
kemudian, umat sudah tiba di taman. Areal taman ini tampak cukup luas, dengan
puncaknya terpasang salib yang menggambarkan peristiwa kalvari. Dalam taman
terlihat penuh ditumbuhi bunga dan pohon peneduh. Di sana, jalur masuk pesiarah
adalah lewat lorong kiri menuju Kalvari kemudian turun lagi melewati jalur yang
lain dan mengambil tempat masing-masing pada kursi yang disiapkan.
Umat memenuhi lokasi (Foto: Simpet) |
Dewasa ini di mana transportasi telah
begitu lancar, umat berdatangan dan langsung pulang pada hari yang sama. Tetapi pada jaman
dahulu, umat yang tiba dari pelosok diinapkan ke rumah-rumah penduduk sekitar.
Dan karena itu, yang menjadi peserta siarah merupakan utusan dari masing-masing
wilayah seputar Sikka.
Sebenarnya masih banyak spot menarik di
seputar tempat ini yang ingin saya kunjungi, tetapi berhubung waktu yang
terbatas maka saya batalkan ke lain kesempatan. (smpt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar