Kalender Liturgi

Minggu, 25 Oktober 2015

Siarah Wisung Fatima Lela

Taman Doa Wisung Fatima (Foto: Simpet)
Gema Pesan Sang Bunda
13 Oktober 1917. Bunda Fatima untuk pertama kalinya menampakkan diri kepada tiga gembala cilik dari Portugal. Orang-orang pinggiran itu, Lusia, Yasintha dan Fransesco terpilih untuk menyuarakan pesan kepada dunia. Gereja turut mendengar pesan tersebut. Melalui Paus Pius XII, di tengah-tengah krisis perang dunia ke II pada 1942, gereja mendoakan dunia dan mempersembahkannya kepada Hati Maria. Tindakan itu kemudian diikuti di seluruh penjuru dunia. Banyak paroki, negara maupun kerajaan yang dibawa kepada Hati  Sang Bunda, di antaranya adalah kerajaan Sikka (Regalia Sikka) yang dipersembahkan kepada Maria tepat tujuh tahun kemudian oleh Don Thomas Ximenes da Silva. Kerajaan Sikka (1607-1954) bersama dengan kerajaan Larantuka adalah dua kerajaan yang pernah berada di bawah pengaruh Portugis.

Perjalanan Siarah
Rabu, 13 Oktober 2015, tanggal di mana peristiwa penampakan Fatima berlangsung. Tugas rutin saya di Maumere telah berakhir hari itu, tetapi kesempatan tersebut tak saya sia-siakan. Setelah urusan beres, saya berniat mengunjungi Wisung Fatima. Segera meluncur ke pesisir selatan Flores dimana cuaca panas sedang membara di puncak musim kemarau. Basecamp saya tinggalkan sementara ke tempat yang tak seberapa jauhnya itu dengan memakan waktu setengah jam perjalanan.
Pertigaan Lela dari jalan nasional Maumere-Ende yang telah ditandai dengan gerbang dan spanduk ucapan selamat datang adalah jalur masuk saya. Selepas itu, kiri kanan jalan yang saya lalui tampak dihiasi janur dan umbul-umbul. Umat pun terlihat turut bergerak ke lokasi siarah.

Saat tiba, roda dua saya parkir di lapangan sepakbola Lela yang beralih fungsi menjadi lahan parkir. Kendaraan lainnya tampak memadati area tersebut. Dari bus kota, bus kayu, angkutan pedesaan hingga roda dua. Petugas keamanan dari kepolisian setempat dan P3K dari Akper Lela pun turut siaga. Saya bergegas menuju titik start siarah, yaitu gereja Maria Fatima Lela.
Gereja Maria Fatima Lela (foto: Simpet)
 Dan lihatlah, dari pelosok-pelosok desa sekitar, di wilayah yang dulunya merupakan daerah pemerintahan Kerajaan Sikka ini, ribuan umat tampak memadati lokasi. Tua, muda, orang dari kampung maupun yang bertitel, petani hingga pimpinan pemerintah kabupaten Sikka turut berduyun-duyun ke hadapan Sang Bunda. Umat dari kota Maumere pun turut hadir sehingga desa pantai yang berhadapan dengan Laut Sawu itu kini penuh pesiarah. Tampil juga teman-teman dari Universitas Nusa Nipa yang mempersembahkan koor-koor meriah.

Letak taman doa sendiri berdekatan dengan Gereja peninggalan Portugis dan rumah Raja Sikka. Lela adalah sebuah situs tua di mana Kerajaan Sikka diserahkan kepada Bunda Fatima pada 1949. Dan sejak saat itu, setiap tahun umat dari seluruh pelosok Sikka datang ke sana untuk bersiarah.
Menuju Puncak Kalvari (Foto: Simpet)

Pukul 14:10 doa pun dimulai. Perarakan dimulai dari gereja Maria Fatima Lela. Umat berarak sambil mendaraskan doa rosario serta melantunkan lagu-lagu Maria. Matahari pun masih cukup terik sehingga panitia siaga mempersiapkan air minum yang dibagikan gratis untuk pengunjung. Dengan khusuk, rombongan siarah berarak menuju Taman Doa Wisung Fatima.
Dalam perarakan selama setengah jam kemudian, umat sudah tiba di taman. Areal taman ini tampak cukup luas, dengan puncaknya terpasang salib yang menggambarkan peristiwa kalvari. Dalam taman terlihat penuh ditumbuhi bunga dan pohon peneduh. Di sana, jalur masuk pesiarah adalah lewat lorong kiri menuju Kalvari kemudian turun lagi melewati jalur yang lain dan mengambil tempat masing-masing pada kursi yang disiapkan.
Umat memenuhi lokasi  (Foto: Simpet)
Upacara ekaristi yang dipersembahkan oleh uskup Kherubim berlangsung dua setengah jam. Pada pukul 17:30, upacara pun selesai. Pesiarah pun bergegas kembali ke hunian masing-masing.

Dewasa ini di mana transportasi telah begitu lancar, umat berdatangan dan langsung pulang  pada hari yang sama. Tetapi pada jaman dahulu, umat yang tiba dari pelosok diinapkan ke rumah-rumah penduduk sekitar. Dan karena itu, yang menjadi peserta siarah merupakan utusan dari masing-masing wilayah seputar Sikka. 
Sebenarnya masih banyak spot menarik di seputar tempat ini yang ingin saya kunjungi, tetapi berhubung waktu yang terbatas maka saya batalkan ke lain kesempatan. (smpt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar