Kalender Liturgi

Jumat, 26 Juni 2015

Teman Perjalanan Lintas Periode

Melintas jalan setapak dalam taman rasanya tak lengkap tanpa kehadiran seorang teman. Begitupun perjalanan Orang Muda Katolik (OMK) Kristus Raja Waiwerang yang serasa kurang sempurna tanpa kehadiran sosok yang satu ini. Siapa lagi kalau bukan Pak Yohanes Kopong yang sapaan akrabnya Pak Hanes.
Sempat menjadi anggota seksi Kerasulan Kaum Muda (KKM) yang bersentuhan langsung dengan orang muda, beliau kemudian menahkodai seksi ini selama dua periode. Bisik2 pemirsa banyak yang ingin tahu lebih dalam tentang sosok ini. Tak tinggal diam, kru Saraswati pun sigap menghadirkannya. Sharing idealnya di edisi ini kami sajikan hanya untuk anda. Simak ya!

 Pastilah pertanyaan awal di benak masing-masing: sejauh mana sih Pak Hanes mengenal orang muda? Ciri pembeda apa yah yang khas orang muda menurut Pak Hanes? Pak Hanes punya jawabannya tentu: ''Orang muda itu suka kegiatan yang suasananya bersenang senang,'' terangnya. Bahkan sebagai pendamping, Pak Hanes mengaku ikut terhanyut suasana gembira ketika ada di alam bebas saat kemping orang muda. ''Bertemu banyak orang muda di alam bebas'' tuturnyanya ketika menceritakan tentang apa yang menjadi kesukaannya.
Di tengah situasi tersebut, Pak Hanes memang punya strategi untuk masuk ke dunia orang muda. Ketika hadir di sana, sudah ada dalam benak Pak Hanes bahwa orang muda tentu suka suasana bersenang-senang, mencari jati diri dan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. ''Saya memulai dari situ dan melakukan pendekatan dari dalam,'' tegasnya.
Pak Hanes pun jeli menyiasati perubahan pendekatan terhadap orang muda di waktu lampau dengan saat ini. Menurutnya, di jaman dulu orang masih menggunakan pendekatan kekuasaan, melalui instruksi. Sikon  sekarang beda. Era sekarang ini kita tidak bisa lagi mendikte orang harus ikut ini ikut itu. Pendamping  harus terlibat langsung. Ia tidak memberi komando tetapi menciptakan peluang bagi orang muda untuk mengatur diri mereka sendiri, demikian terang Pak Hanes. ''Biarkan orang muda berekspresi yang penting masih di bawah pantauan KKM.'' lanjutnya.
Menurut Pak Hanes, yang beliau tahu tentang OMK kini adalah adanya kepengurusan yang aktif dan punya program sendiri, punya inisiatif sendiri dan memanage sendiri kegiatan-kegiatannya.
''Itu yang membedakannya,'' aku Pak Hanes. Menurutnya, OMK dulu kepengurusannya memang ada tapi mereka melaksanakan apa yang telah diprogramkan DPP melalui seksi KKM sehingga terkesan mereka menelan bulat apa saja yang KKM mau. Pada tahun 2006 saat kepengurusan KKM di bawah ketua Pak Hengky tetapi kemudian Pak Hanes cukup aktif dan mengambil peranan, beliau mendorong OMK supaya punya wadah sendiri atau pengurus sendiri lengkap dengan seksi-seksinya yang menjawab program paroki. ''Sedari dulu memang kegiatannya sudah ada seperti kemping rohani, tetapi waktu itu OMK tidak memanage sendiri, tidak seperti sekarang OMK sendiri atur sesuai yang mereka inginkan. Kesannya memang bukan titipan tetapi seperti sekadar mengikuti kemauan dari paroki.'' urainya.
Dari amatan beliau, dewasa ini tidak semua orang muda otomatis masuk dan aktif dalam OMK. Tidak sama dengan jaman-jaman sebelumnya dimana orang diwajibkan masuk OMK karena sikon seperti di stasi waktu lampau di mana orang yang tidak ikut bisa dikucilkan dari pergaulan. ''Sekarang ini tidak bisa begitu, orang ikut karena kemauan sendiri dan dorongan dari diri sendiri,'' begitu sharing beliau.
Lebih lanjut Pak Hanes mensharingkan tentang citra orang muda dari sudut pandang umum yang ternyata berbeda dengan sudut pandang gereja melalui seksi KKM. Ia mengamati bahwa orang umumnya memandang miring bahwa yang menjadi biang keonaran, biang ketidakaktifan pastilah OMK yang notabene adalah orang muda Katolik itu. Sebagian memandang demikian meski tidak semuanya. Tetapi gereja terutama Seksi KKM memandang bahwa orang muda mempunyai kompetensi dan kemampuan seperti keterampilan memimpin. Masyarakat tidak bisa mencibir begitu saja dengan sifat orang muda. Lewat suasana bersenang senang itulah kemampuan orang muda bisa terus diasah. Ada tukar menukar pikiran, ada kemampuan yang masih tertidur dan belum dikembangkan.
''Di masa kepemimpinan saya, saya tidak intervensi banyak. Ketika mereka keluar dari rel yang diharapkan barulah kami memberikan masukkan. Selama masih di koridor, kami biarkan orang muda berkreasi,'' terang Pak Hanes. Beliau mengaku, pihaknya juga puas meski ada kegagalan sebab kegagalan adalah bagian dari perencanaan itu sendiri. Apalagi kalau berhasil, pasti lebih puas lagi.
Banyak pengalaman berharga bagi beliau bertolak dari situasi di stasi dimana banyak OMK yang sulit terlibat karena pengurus stasi pada saat tertentu memandang ekstrim terhadap tingkah laku orang muda. Akibatnya banyak orang muda yang memisahkan diri dari OMK. Di pihak pengurus stasi kadang memandang negatif tanpa solusi, sehingga orang muda terbawa sifat membangkang dan memberontak secara frontal akibat pendekatan yang kurang mengena.
Di Waiwerang situasinya berbeda karena ada kesadaran, di mana orang yang mau bekerja banyak yang muncul. Meski tidak terlalu banyak yang berniat bergabung, beberapa orang yang ada tetap bertahan. Orang-orang ini memiliki keterpanggilan untuk saling membantu, saling membangun. Sekali lagi pendekatan tidak hanya satu cara tapi ada banyak cara.
Pak Hanes berceritera, dalam kegiatan ada banyak suka dukanya. Sukanya adalah ketika berinteraksi dengan orang muda di alam bebas. Dukanya bisa jadi terkait sikap orang yang didampingi, dimana diharapkan lebih banyak orang terlibat tapi yang hadir cuma sekian. Padahal sejumlah pendamping telah ada yang harus sukarela meninggalkan tempat tugas  demi mendukung secara total meski pada jam kerja. Beliau bercerita, pernah ketika ke Bloto untuk ikut kemping pada malam hari, lokasi kegiatan tidak diketahuinya persis. Malam itu bersama dua orang muda mereka mendorong motor yang hampir terperosok dalam batu-batu. Padahal jam dua belas nanti ia harus pulang. Ada resiko kalau kendaraan rusak bisa terbengkelai aktivitasnya. Tetapi beliau tetap kukuh sebab baginya, kehadiran sosok pendamping akan menghadirkan kesan adanya perhatian dari gereja khusunya seksi KKM. (teks: Simpet)

Catatan: teks ini pernah ditampilkan dalam rubrik Profil edisi pertama SARASWATI, Majalah dinding OMK Paroki Waiwerang.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar