Melintas jalan setapak dalam taman rasanya tak lengkap
tanpa kehadiran seorang teman. Begitupun perjalanan Orang Muda Katolik (OMK)
Kristus Raja Waiwerang yang serasa kurang sempurna tanpa kehadiran sosok yang
satu ini. Siapa lagi kalau bukan Pak Yohanes Kopong yang sapaan akrabnya
Pak Hanes.
Sempat menjadi anggota seksi Kerasulan Kaum Muda (KKM)
yang bersentuhan langsung dengan orang muda, beliau kemudian menahkodai seksi
ini selama dua periode. Bisik2 pemirsa banyak yang ingin tahu lebih dalam
tentang sosok ini. Tak tinggal diam, kru Saraswati pun sigap menghadirkannya.
Sharing idealnya di edisi ini kami sajikan hanya untuk anda. Simak ya!
Pastilah pertanyaan awal di benak masing-masing:
sejauh mana sih Pak Hanes mengenal orang muda? Ciri pembeda apa yah yang khas
orang muda menurut Pak Hanes? Pak Hanes punya jawabannya tentu: ''Orang muda
itu suka kegiatan yang suasananya bersenang senang,'' terangnya. Bahkan sebagai
pendamping, Pak Hanes mengaku ikut terhanyut suasana gembira ketika ada di alam
bebas saat kemping orang muda. ''Bertemu banyak orang muda di alam bebas''
tuturnyanya ketika menceritakan tentang apa yang menjadi kesukaannya.
Di tengah situasi tersebut, Pak Hanes memang punya
strategi untuk masuk ke dunia orang muda. Ketika hadir di sana, sudah ada dalam
benak Pak Hanes bahwa orang muda tentu suka suasana bersenang-senang, mencari
jati diri dan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. ''Saya memulai dari situ
dan melakukan pendekatan dari dalam,'' tegasnya.
Pak Hanes pun jeli menyiasati perubahan pendekatan
terhadap orang muda di waktu lampau dengan saat ini. Menurutnya, di jaman dulu
orang masih menggunakan pendekatan kekuasaan, melalui instruksi. Sikon sekarang beda. Era sekarang ini kita tidak
bisa lagi mendikte orang harus ikut ini ikut itu. Pendamping harus terlibat langsung. Ia tidak memberi
komando tetapi menciptakan peluang bagi orang muda untuk mengatur diri mereka
sendiri, demikian terang Pak Hanes. ''Biarkan orang muda berekspresi yang
penting masih di bawah pantauan KKM.'' lanjutnya.
Menurut Pak Hanes, yang beliau tahu tentang OMK kini
adalah adanya kepengurusan yang aktif dan punya program sendiri, punya
inisiatif sendiri dan memanage sendiri kegiatan-kegiatannya.
''Itu yang membedakannya,'' aku Pak Hanes. Menurutnya,
OMK dulu kepengurusannya memang ada tapi mereka melaksanakan apa yang telah
diprogramkan DPP melalui seksi KKM sehingga terkesan mereka menelan bulat apa
saja yang KKM mau. Pada tahun 2006 saat kepengurusan KKM di bawah ketua Pak
Hengky tetapi kemudian Pak Hanes cukup aktif dan mengambil peranan, beliau
mendorong OMK supaya punya wadah sendiri atau pengurus sendiri lengkap dengan
seksi-seksinya yang menjawab program paroki. ''Sedari dulu memang kegiatannya
sudah ada seperti kemping rohani, tetapi waktu itu OMK tidak memanage sendiri,
tidak seperti sekarang OMK sendiri atur sesuai yang mereka inginkan. Kesannya
memang bukan titipan tetapi seperti sekadar mengikuti kemauan dari paroki.''
urainya.
Dari amatan beliau, dewasa ini tidak semua orang muda
otomatis masuk dan aktif dalam OMK. Tidak sama dengan jaman-jaman sebelumnya
dimana orang diwajibkan masuk OMK karena sikon seperti di stasi waktu lampau di
mana orang yang tidak ikut bisa dikucilkan dari pergaulan. ''Sekarang ini tidak
bisa begitu, orang ikut karena kemauan sendiri dan dorongan dari diri
sendiri,'' begitu sharing beliau.
Lebih lanjut Pak Hanes mensharingkan tentang citra
orang muda dari sudut pandang umum yang ternyata berbeda dengan sudut pandang
gereja melalui seksi KKM. Ia mengamati bahwa orang umumnya memandang miring
bahwa yang menjadi biang keonaran, biang ketidakaktifan pastilah OMK yang
notabene adalah orang muda Katolik itu. Sebagian memandang demikian meski tidak
semuanya. Tetapi gereja terutama Seksi KKM memandang bahwa orang muda mempunyai
kompetensi dan kemampuan seperti keterampilan memimpin. Masyarakat tidak bisa
mencibir begitu saja dengan sifat orang muda. Lewat suasana bersenang senang
itulah kemampuan orang muda bisa terus diasah. Ada tukar menukar pikiran, ada
kemampuan yang masih tertidur dan belum dikembangkan.
''Di masa kepemimpinan saya, saya tidak intervensi
banyak. Ketika mereka keluar dari rel yang diharapkan barulah kami memberikan
masukkan. Selama masih di koridor, kami biarkan orang muda berkreasi,'' terang
Pak Hanes. Beliau mengaku, pihaknya juga puas meski ada kegagalan sebab
kegagalan adalah bagian dari perencanaan itu sendiri. Apalagi kalau berhasil,
pasti lebih puas lagi.
Banyak pengalaman berharga bagi beliau bertolak dari
situasi di stasi dimana banyak OMK yang sulit terlibat karena pengurus stasi
pada saat tertentu memandang ekstrim terhadap tingkah laku orang muda.
Akibatnya banyak orang muda yang memisahkan diri dari OMK. Di pihak pengurus
stasi kadang memandang negatif tanpa solusi, sehingga orang muda terbawa sifat
membangkang dan memberontak secara frontal akibat pendekatan yang kurang
mengena.
Di Waiwerang situasinya berbeda karena ada kesadaran,
di mana orang yang mau bekerja banyak yang muncul. Meski tidak terlalu banyak
yang berniat bergabung, beberapa orang yang ada tetap bertahan. Orang-orang ini
memiliki keterpanggilan untuk saling membantu, saling membangun. Sekali lagi
pendekatan tidak hanya satu cara tapi ada banyak cara.
Pak Hanes berceritera, dalam kegiatan ada banyak suka
dukanya. Sukanya adalah ketika berinteraksi dengan orang muda di alam bebas.
Dukanya bisa jadi terkait sikap orang yang didampingi, dimana diharapkan lebih
banyak orang terlibat tapi yang hadir cuma sekian. Padahal sejumlah pendamping
telah ada yang harus sukarela meninggalkan tempat tugas demi mendukung secara total meski pada jam
kerja. Beliau bercerita, pernah ketika ke Bloto untuk ikut kemping pada malam
hari, lokasi kegiatan tidak diketahuinya persis. Malam itu bersama dua orang
muda mereka mendorong motor yang hampir terperosok dalam batu-batu. Padahal jam
dua belas nanti ia harus pulang. Ada resiko kalau kendaraan rusak bisa
terbengkelai aktivitasnya. Tetapi beliau tetap kukuh sebab baginya, kehadiran
sosok pendamping akan menghadirkan kesan adanya perhatian dari gereja khusunya
seksi KKM. (teks: Simpet)
Catatan: teks ini pernah ditampilkan dalam rubrik Profil edisi pertama SARASWATI, Majalah dinding OMK Paroki Waiwerang.
Catatan: teks ini pernah ditampilkan dalam rubrik Profil edisi pertama SARASWATI, Majalah dinding OMK Paroki Waiwerang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar