Kalender Liturgi

Selasa, 01 Juli 2014

Yang Seru dari Meet n Greet OMK II



Buka dikit…. Jos!!!

Gambar: Imagestock
Wanita itu leluasa membaur di antara muda-mudi yang sedang santap siang. Wajahnya sumringah. Ia tampak segar bugar. Tapi siapa sangka bahwa di tubuhnya bersarang HIV/AIDS? Dan yang mengejutkan, wanita bernama Stevania ini mengaku terus terang, “saya baru tahu kalau mengidap HIV/AIDS pada September 2013 lalu,” ungkapnya.
Kenyataan tersebut tak dirahasiakan, tetapi dibuka. Memang, tak hanya virus berbahaya yang menular ke tubuhnya. Ia juga tertular semangat yel OMK pada Meet n Greet ini: (rame2 teriak yah...) Buka dikit… Jos!!!
“Orang muda harus bisa membuka hati untuk menerima kehadiran yang lain. Tak perlu buka banyak-banyak, cukup buka sedikit,” ungkap Romo Adi Wijayanto menegaskan isi yel.
Dan dalam beberapa hari ini, ketenangan kampung Lato diramaikan dengan kehadiran orang-orang muda. Kegiatan dengan tema ‘Bergerak untuk Berbenah’ ini diikuti oleh kontingen dari berbagai paroki dan stasi, termasuk dari pulau tetangga.
Yup, kontingen Waiwerang turut menjadi peserta kegiatan selama empat hari tersebut. Bertempat di paroki St. Maria La Salette Lato di pesisir utara Pulau Flores, kegiatan berlangsung sejak Kamis (26/6) hingga Minggu (29/6).
Rombongan Waiwerang meluncur dengan total dua puluh satu peserta, delapan cowok, tigabelas cewek. Tak hanya dari stasi pusat, kontingen juga beranggotakan peserta dari stasi Bloto, Lamakukung, Kampung Baru dan Lewonara.
Bertolak pukul 02.30, rombongan tiba di lokasi petang hari setelah satu jam perjalanan laut plus satu setengah jam perjalanan darat. Tak pake lama-lama. Kegiatan langsung dibuka tepat pukul 06.00.
Di tenda berbaur lima kontingen: paroki Waiwerang, paroki Lewotobi, stasi Lamika, paroki Lewolaga, juga paroki tuan rumah, Lato. Dengan mepetnya waktu, kegiatan berlangsung padat. Dari misa harian pagi hari hingga kegiatan pada malam hari. Tetapi karena menarik, setiap aktivitas seolah menjadi vitamin sendiri untuk meningkatkan antusiasme peserta. Apa saja yang seru? Ini dia rinciannya.

‘Voly Buta’ dan ‘Bola Terong’
Team keenaman voly saling berhadapan pada Jumad (27/6) petang. Putra putri. Tapi lawan tak terlihat sebab tempat untuk net diganti dengan penghalang berupa terpal yang dilipat seukuran net. Itulah permainan ‘voly buta’. Kecepatan dan arah datangnya bola tidak dapat diduga. Tak hanya itu uniknya. Setiap musik dibunyikan, para pemain wajib ambil pasangan untuk berjoged ria di hadapan ratusan pasang mata.
Selepas voly buta, giliran permainan ‘bola terong’ menampilkan OMK putra yang menggiring bola dengan mengandalkan terung yang digantung di antara kedua kaki dengan tali yang terikat di pinggang. Terung terung dari berbagai ukuran, bentuk dan warna tampak berayun ayun mencari sasaran bola untuk diarahkan ke gawang lawan atau menghalau bola yang mendekat. Segala daya dan upaya dikerahkan tim untuk memenangkan permainan yang berlangsung di lapangan voly kantor camat Titehena ini. Tampak suporeter dari masing-masing tim terus menyemangati jagoan mereka.

Dinamika kelompok
Dinamika kelompok menampilkan empat tantangan yang harus dilalui oleh semua peserta. Kegiatan ini berlangsung pada Jumad (27/6) pagi. Peserta terbagi dalam sepuluh kelompok masing-masing berisi sepuluh orang, lima putra dan lima putri. Dalam tantangan ‘cincin sengsara’, peserta harus meloloskan cincin berupa tali berdiameter satu setengah jengkal melewati lingkaran peserta yang saling berpegangan tangan tanpa boleh melepaskan masing-masing peserta di kedua sisinya.
Tantangan kedua, ‘pindahkan balonku’ menuntut peserta untuk meloloskan balon melewati punggung masing-masing peserta tanpa menyentuh benda tersebut dengan tangan.
Dalam tantangan ‘ciuman maut’, peserta harus memindahkan karet gelang dengan batang korek api yang dijepit di bibir masing-masing. Peserta tidak diperkenankan menggunakan bantuan tangan.
Lain lagi du tantangan ‘bambu gila’. Peserta melatih kekompakkan kelompok dengan sejumlah aktivitas serentak sambil menadah bambu dengan satu jari tanpa boleh menjatuhkan benda tersebut.
Untuk meramaikan, kelompok dadakan yang merupakan campuran dari lima kontingen ini diwajibkan membuat kreasi yel untuk ditampilkan di sela-sela oubond.

Seminar
Siapa bilang orang muda cepat bosan dengan ceramah? Buktinya, berjam-jam sesi ceramah, peserta tak satupun yang meninggalkan tempat atau kehilangan perhatian terhadap isi penyampaian materi. Ada alasannya tentu: topik yang dibawakan menyangkut tubuh orang muda dan pergaulan mereka.
Di hari Sabtu (28/6), hadir warga sekretariat KPA Flotim yang menampilkan kenyataan bahaya HIV/AIDS di sekitar orang muda. Tampil juga BKKBN Larantuka membawakan isu gender dan kesehatan reproduksi.
Sementara sehari sebelumnya, Jumad (27/6), telah tampil Romo Adi Wijayanto membawakan materi tentang ‘Orang Muda Harus Berani Move on’. Sementara Romo Yusuf membagikan materi ‘Manajemen Diri’ serta memberikan motivasi berangkat dari tayangan film Nick yang tak mempunyai kaki dan tangan tetapi mampu bangkit bahkan menjadi motivator.

Sharing KBG
Sharing KBG berlangsung pada hari pertama, Kamis (26/6) sesaat setelah peserta tiba. Dalam kegiatan tersebut, peserta melakukan sharing tentang pengalaman di tempat asal masing-masing. Tak hanya sharing, peserta juga memanfaatkan kesempatan untuk saling berkenalan dan mempelajari budaya setempat. Di kontingen Waiwerang, ada yang malah kursus kilat bahasa Lamaholot ala Wulanggitang yang tidak digunakan di Adonara.

Malam Budaya
Malam terakhir, Sabtu (28/6) dimanfaatkan untuk pagelaran senibudaya. Ada sejumlah pementasan yang dibawakan masing-masing kontingen. Tari sokaseleng, sason dan hedung ada di daftar acara yang dipandu apik oleh host Wil Tukan ini. Ada pula sendratari dari Lewoingu yang menggambarkan kegiatan menenun. Juga pementasan puisi berantai dan fragmen singkat oleh para seminaris yang sedang liburan.

Apa Kata Mereka?
“Adik-adik pelajar harus membaur dengan teman-teman di kampung agar mereka jangan minder dan akhirnya menghindar dari OMK.” (Ibu Hendrik Open, umat KBG 20 Lingkungan I St. Kristoforus saat sharing KBG).
“Kegiatan ini merupakan tanggapan dan tindaklanjut dari temu akbar OMK II. Targetnya untuk menjadikan orang muda semakin mantap dan siap menjadi tulang punggung bangsa, gereja dan lewotana.” (Lady Sogen, ketua panitia Meet n Greet)
“Mengidap virus HIV/AIDS itu sangat sulit. Kami harus minum obat ARV setiap hari seumur hidup.” (Stevania, pengidap HIV/AIDS yang ikut berbagi pengalaman di kegiatan Meet n Greet. Ia dan almahrum suaminya pernah tinggal di Batam selama delapan tahun dan kemungkinan tertular di sana. Beruntung, anaknya tak ikut tertular. Ia ingin agar orang muda bisa menjaga diri dari bahaya yang menggerogoti tubuh).
“Saya bangga dengan terobosan gereja dalam mendampingi orang muda di paroki masing-masing. Peserta ternyata telah mampu menyingkirkan segala tantangan, di antaranya batu-batu karang dan kerikil lepas dalam sebagaian perjalanan darat menuju lato. Hal-hal kecil seperti ini jika dijalankan terus akan menjadi besar nantinya” (Kepala Desa Watohari)
“Saat penutupan nanti, peserta harus sudah bisa berbaur. Itu indikasi bahwa kegiatan temusapa ini berhasil. Peserta juga jangan pelit-pelit memberi dan menerima salam” (Romo Adi Wijayanto, MSF) --- (Smpt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar