Buka
dikit…. Jos!!!
Gambar: Imagestock |
Kenyataan tersebut tak dirahasiakan, tetapi dibuka.
Memang, tak hanya virus berbahaya yang menular ke tubuhnya. Ia juga tertular
semangat yel OMK pada Meet n Greet ini: (rame2
teriak yah...) Buka dikit… Jos!!!
“Orang muda harus bisa membuka hati untuk menerima
kehadiran yang lain. Tak perlu buka banyak-banyak, cukup buka sedikit,” ungkap
Romo Adi Wijayanto menegaskan isi yel.
Dan dalam beberapa hari ini, ketenangan kampung Lato
diramaikan dengan kehadiran orang-orang muda. Kegiatan dengan tema ‘Bergerak
untuk Berbenah’ ini diikuti oleh kontingen dari berbagai paroki dan stasi,
termasuk dari pulau tetangga.
Yup, kontingen Waiwerang turut menjadi peserta kegiatan
selama empat hari tersebut. Bertempat di paroki St. Maria La
Salette Lato di pesisir utara Pulau Flores, kegiatan berlangsung sejak Kamis
(26/6) hingga Minggu (29/6).
Rombongan Waiwerang meluncur dengan total dua puluh satu
peserta, delapan cowok, tigabelas cewek. Tak hanya dari stasi pusat, kontingen
juga beranggotakan peserta dari stasi Bloto, Lamakukung, Kampung Baru dan Lewonara.
Bertolak pukul 02.30, rombongan tiba di lokasi petang
hari setelah satu jam perjalanan laut plus satu setengah jam perjalanan darat. Tak
pake lama-lama. Kegiatan langsung dibuka tepat pukul 06.00.
Di tenda berbaur lima kontingen: paroki Waiwerang, paroki
Lewotobi, stasi Lamika, paroki Lewolaga, juga paroki tuan rumah, Lato. Dengan
mepetnya waktu, kegiatan berlangsung padat. Dari misa harian pagi hari hingga
kegiatan pada malam hari. Tetapi karena menarik, setiap aktivitas seolah
menjadi vitamin sendiri untuk meningkatkan antusiasme peserta. Apa saja yang
seru? Ini dia rinciannya.
‘Voly
Buta’ dan ‘Bola Terong’
Team keenaman voly saling berhadapan pada Jumad (27/6)
petang. Putra putri. Tapi lawan tak terlihat sebab tempat untuk net diganti
dengan penghalang berupa terpal yang dilipat seukuran net. Itulah permainan ‘voly
buta’. Kecepatan dan arah datangnya bola tidak dapat diduga. Tak hanya itu
uniknya. Setiap musik dibunyikan, para pemain wajib ambil pasangan untuk berjoged ria di
hadapan ratusan pasang mata.
Selepas voly buta, giliran permainan ‘bola terong’
menampilkan OMK putra yang menggiring bola dengan mengandalkan terung yang
digantung di antara kedua kaki dengan tali yang terikat di pinggang. Terung
terung dari berbagai ukuran, bentuk dan warna tampak berayun ayun mencari
sasaran bola untuk diarahkan ke gawang lawan atau menghalau bola yang mendekat.
Segala daya dan upaya dikerahkan tim untuk memenangkan permainan yang
berlangsung di lapangan voly kantor camat Titehena ini. Tampak suporeter dari
masing-masing tim terus menyemangati jagoan mereka.
Dinamika kelompok menampilkan empat tantangan yang harus
dilalui oleh semua peserta. Kegiatan ini berlangsung pada Jumad (27/6) pagi. Peserta
terbagi dalam sepuluh kelompok masing-masing berisi sepuluh orang, lima putra
dan lima putri. Dalam tantangan ‘cincin sengsara’, peserta harus meloloskan
cincin berupa tali berdiameter satu setengah jengkal melewati lingkaran peserta
yang saling berpegangan tangan tanpa boleh melepaskan masing-masing peserta di
kedua sisinya.
Tantangan kedua, ‘pindahkan balonku’ menuntut peserta
untuk meloloskan balon melewati punggung masing-masing peserta tanpa menyentuh
benda tersebut dengan tangan.
Dalam tantangan ‘ciuman maut’, peserta harus memindahkan
karet gelang dengan batang korek api yang dijepit di bibir masing-masing. Peserta tidak diperkenankan menggunakan
bantuan tangan.
Lain lagi du tantangan ‘bambu gila’. Peserta melatih
kekompakkan kelompok dengan sejumlah aktivitas serentak sambil menadah bambu dengan satu jari tanpa boleh menjatuhkan benda tersebut.
Untuk meramaikan, kelompok dadakan yang merupakan
campuran dari lima kontingen ini diwajibkan membuat kreasi yel untuk
ditampilkan di sela-sela oubond.
Seminar
Siapa bilang orang muda cepat bosan dengan ceramah?
Buktinya, berjam-jam sesi ceramah, peserta tak satupun yang meninggalkan tempat
atau kehilangan perhatian terhadap isi penyampaian materi. Ada alasannya tentu:
topik yang dibawakan menyangkut tubuh orang muda dan pergaulan mereka.
Di hari Sabtu (28/6), hadir warga sekretariat KPA Flotim yang menampilkan kenyataan bahaya
HIV/AIDS di sekitar orang muda. Tampil juga BKKBN Larantuka membawakan isu
gender dan kesehatan reproduksi.
Sementara sehari sebelumnya, Jumad (27/6), telah tampil
Romo Adi Wijayanto membawakan materi tentang ‘Orang Muda Harus Berani Move on’.
Sementara Romo Yusuf membagikan materi ‘Manajemen Diri’ serta memberikan
motivasi berangkat dari tayangan film Nick yang tak mempunyai kaki dan tangan
tetapi mampu bangkit bahkan menjadi motivator.
Sharing
KBG
Sharing KBG berlangsung pada hari pertama, Kamis (26/6)
sesaat setelah peserta tiba. Dalam kegiatan tersebut, peserta melakukan sharing
tentang pengalaman di tempat asal masing-masing. Tak hanya sharing, peserta
juga memanfaatkan kesempatan untuk saling berkenalan dan mempelajari budaya
setempat. Di kontingen Waiwerang, ada yang malah kursus kilat bahasa Lamaholot
ala Wulanggitang yang tidak digunakan di Adonara.
Malam
Budaya
Malam terakhir, Sabtu (28/6) dimanfaatkan untuk pagelaran
senibudaya. Ada sejumlah pementasan yang dibawakan masing-masing kontingen.
Tari sokaseleng, sason dan hedung ada di daftar acara yang dipandu apik oleh
host Wil Tukan ini. Ada pula sendratari dari Lewoingu yang menggambarkan kegiatan menenun. Juga pementasan puisi berantai
dan fragmen singkat oleh para seminaris yang sedang liburan.
Apa
Kata Mereka?
“Adik-adik pelajar harus membaur dengan teman-teman di kampung
agar mereka jangan minder dan akhirnya menghindar dari OMK.” (Ibu Hendrik Open,
umat KBG 20 Lingkungan I St. Kristoforus saat sharing KBG).
“Kegiatan ini merupakan tanggapan dan tindaklanjut dari
temu akbar OMK II. Targetnya untuk menjadikan orang muda semakin mantap dan
siap menjadi tulang punggung bangsa, gereja dan lewotana.” (Lady Sogen, ketua
panitia Meet n Greet)
“Mengidap virus HIV/AIDS itu sangat sulit. Kami harus
minum obat ARV setiap hari seumur hidup.” (Stevania, pengidap HIV/AIDS yang
ikut berbagi pengalaman di kegiatan Meet n Greet. Ia dan almahrum suaminya
pernah tinggal di Batam selama delapan tahun dan kemungkinan tertular di sana.
Beruntung, anaknya tak ikut tertular. Ia ingin agar orang muda bisa menjaga diri dari bahaya yang menggerogoti tubuh).
“Saya bangga dengan terobosan gereja dalam mendampingi
orang muda di paroki masing-masing. Peserta ternyata telah mampu menyingkirkan
segala tantangan, di antaranya batu-batu karang dan kerikil lepas dalam
sebagaian perjalanan darat menuju lato. Hal-hal kecil seperti ini jika
dijalankan terus akan menjadi besar nantinya” (Kepala Desa Watohari)
“Saat penutupan nanti, peserta harus sudah bisa berbaur. Itu indikasi bahwa kegiatan temusapa ini
berhasil. Peserta juga jangan pelit-pelit memberi dan menerima salam” (Romo Adi Wijayanto, MSF) --- (Smpt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar