Hoelea.
Sebuah desa di kaki gunung Uyelewun, Lembata. Ditempuh selama empat jam
perjalanan dengan kendaraan darat dari kota Lewoleba.
Sebelum jalan trans Lembata dibuka seperti kondisi sekarang, waktu tempuh jalur sepanjang enam puluh kilometer ke arah timur ini bahkan dua kali
lipat: delapan jam. Kondisi jalan yang buruk adalah penyebabnya.
Tempat
ini menjadi pilihan bagi sekelompok muda-mudi yang
hendak menjalin kisah bersama. Meski terpisah jarak yang cukup jauh, namun
selama lima hari sejak Jumad (13/6) hingga Selasa (17/6) kemarin, teman-teman
kita Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Kristus Raja Waiwerang mendatangi
tempat ini. Kunjungan pertama untuk sahabat-sahabat mereka di
paroki Salib Suci Hoelea, Kedang, Dekenat Lembata.
Apa kisah
mereka boleh menjadi kisah kita juga? Mari simak satu-satu.
Kamis (12/6)
petang di Waiwerang. Peserta dari stasi pun tiba. Bloto, Lamakukung, dan Kampung Baru. Yang dari
stasi pusat sudah menunggu. Setelah istirahat dan snack, mereka beranjak menuju balkon. Latihan koor
gabungan yang kedua. Usai latihan, peserta dari stasi pusat yang sudah ditunjuk
mengajak peserta untuk menginap di rumah masing-masing. Bersiap-siap untuk
berangkat keesokan harinya.
Jumad (13/6) pagi.
KM. Trisakti lepas jangkar tepat jam 08.00. Setelah mengucapkan selamat tinggal pelabuhan Waiwerang,
delapan jam kemudian riuh suara gong gendang pun menyambut OMK Waiwerang
di depan gerbang masuk Hoelea. Kelelahan sepanjang
perjalanan laut maupun darat serasa hilang dihapus wajah ramah muda-mudi Hoelea
serta umat yang ikut menjemput. Kebersamaan pun dimulai.
Apa saja yang
mereka lakukan?
Bakti Sosial
Itu terjadi
pada hari kedua, Sabtu (14/6). Peserta berdatangan dari keluarga-keluarga
tempat live in masing-masing menuju
bagian belakang komplek gereja Salib Suci. Di sana, ada tumpukan pasir dan batu
yang siap dipindahkan untuk mengurug fondasi gereja
baru yang sedang dibuat.
Dengan sekop,
karung dan ember, sekitar seratus orang muda itu membaur membentuk barisan untuk memindahkan
pasir dan batu itu menuju tumpukan. Minuman segar pun disiapkan. Peserta jadi lebih cepat haus karena
matahari makin meninggi dari balik bukit.
Usai kerjabakti,
eh spontan ada ide untuk foto bareng. Peserta pun membentuk kelompok. Bukan. Bukan kelompok menurut stasi atau paroki
masing-masing. Tapi menurut warna baju. Padahal mereka berpakaian bebas lho!
Eitz, hampir lupa. Kerjabakti tidak hanya sekali ini. Minggu siang, sekali lagi peserta
bergerak mempersiapkan halaman tempat konser di lapangan umum Hoelea II. Di sana,
mereka keroyokan mempersiapkan panggung konser dan pagar penutup di sekeliling lokasi.
Pertandingan Persahabatan.
Pertadingan voli berlangsung Sabtu sore setelah kerjabakti. Bertempat di lapangan
voli umum di sebelah timur desa Hoelea II. Meski bukan pertandingan kejuaraan,
empat keenaman baik putra maupun putri masing-masing nongol dengan kostum lengkap. Ini pasti ulahnya seksi minat dan
bakat hehe.
Sementara itu,
bung komentator pas pertandingan tak henti-hentinya bersuara dari megaphone sambil membuka line SMS dadakan untuk kirim-kirim salam
kepada atlet-atlet OMK maupun antar suporter.
Pentas Seni Budaya
Pentas seni
budaya berlansung tepat pada acara perpisahan. Dari Waiwerang, peserta telah mempersiapkan sejumlah
acara. Di antaranya adalah tari hedung dan juga tari dana-dana diiringi alat musik gambus ala etnis Lamaholot. Tak ketinggalan
pula OMK Hoelea yang tampil dengan kesenian khas ala etnis Kedang.
Liturgi dan Sharing
Liturgi dimulai dengan perarakan salib OMK Hoelea saat penjemputan dari gerbang masuk Hoelea menuju gereja Salib Suci. Selanjutnya,
misa perayaan pesta
Tritunggal Mahakudus ditanggung sepenuhnya oleh OMK. Untuk persiapan, latihan
koor pun mesti sekali lagi dilakukan oleh OMK Waiwerang. Persembahan koor menjadikan missa di pusat paroki Hoelea saat
itu berlangsung semarak.
Foto: Yenny |
OMK Waiwerang dan OMK Hoelea sedang pose bersama
Sementara kegiatan
sharing berlangsung malam Minggu di masing-masing KBG. Ternyata peserta sharing
tak hanya dari stasi pusat, tetapi juga dari OMK stasi lain
yang tersebar di paroki yang terletak di
kaki gunung Uyelewun ini. Kegiatan diatur oleh
masing-masing KBG. Di sejumlah KBG, sharing langsung dilanjutkan dengan santap
malam bersama umat dan OMK. Ini utuk mengantisipasi sebab pada saat perpisahan
nanti, dipastikan tidak semua umat dari KBG akan hadir.
Konser Amal Bersama Fajar Band.
Bagi yang
belum tau, iring-iringan kedaraan dari pelabuhan Lewoleba ke Hoelea kemarin
salah satunya adalah dump truck ‘Dua Putra’ yang dipenuhi peralatan
perlengkapan konser. Penjualan tiket konser amal ini sudah jauh-jauh hari
dilakukan oleh OMK Hoelea dalam rangka menggalang dana pembangunan gereja paroki Salib Suci.
Dan pada Minggu
(15/6) malam, vokal Edy Lasaren memecah kesunyian Hoelea. Ratusan penonton dan penggemar Fajar
Band memadati lapangan. Tampil juga Popy, biduanita dari Maumere sebagai bintang tamu. Konser dipandu
dengan apik oleh host Laus (OMK Waiwerang) dan Victoria (OMK Hoelea)
Apa Kata Mereka?
“Terimakasih
untuk umat paroki Hoelea yang selama lima hari telah mengasuh kami sebagai
bagian dari keluarga” (salah satu peserta
kunjungan)
“Di tempat
ini, kami hidup berdampingan dengan umat dari keyakinan lain”. (Sekretaris KBG Bukit Zaitun, stasi pusat paroki Hoelea dalam sharing
bersama OMK. Di
Hoelea, umat Kristiani hidup berdamingan dengan umat Islam)
“Meski
kehadiran peserta tidak sesuai dengan kesepakatan pada pertemuan terakhir,
peserta harus tetap semangat”. (Ketua
seksi KKM dalam sembutan peneguhan di depan gereja Kristus Raja. Adapun kehadiran
peserta yang semula ditargetkan
berjumlah
enam puluhan jadi merosot jumlahnya karena
kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang diikuti sejumlah OMK)
“Yesus sendiri
yang mempertemukan orang-orang muda di sini”. (Romo
Ben selaku moderator OMK Waiwerang saat ibadat penyambutan di Hoelea. Menurutnya,
kunjungan ini dilakukan dalam rangka mengantar kembali salib OMK Hoelea yang ‘dititipkan’
di gereja
Kristus Raja saat temu akbar OMK Larantuka Oktober 2013 lalu. OMK Hoelea ingin
agar salib itu diantar kembali OMK Waiwerang dalam kunjungan balasan)
“Kita bersatu
karena berbeda” (Romo Andy Fernandez selaku
moderator OMK Hoelea
dalam renungan missa pesta Tritunggal Mahakudus)
“Orang muda
juga mampu berbuat sesuatu untuk gereja” (Camat
Omesuri dalam sambutannya saat membuka konser
amal yang digagas dan diorganisir oleh OMK) (Simpet)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar